Kamis, 12 Januari 2012

KE EGOISAN MANUSIA

Beberapa jam lalu kamu tumbang
diterjang hujan. Tapi aku tak percaya ada topan
yang menumpang dalam derasnya. Seperti kata orang-orang di jalan
kamu rubuh diiringi teriakanteriakan bersahutan
dan hancurnya beberapa huma di sebelah
tempat yang sering aku singgah, sekedar melepas lelah
pada jamjam istirah selepas kerja Kamu bahkan seperti mahameru. Tinggi dan menjulang
melebihi usia kakek moyang yang mati lebih dulu
akarakarmu melintas hingga sebrang jembatan. Tak ada
musim ranggas di dahanmu, daundaun selalu tumbuh
hijaunya tempat teduh bagi semua letih. Beberapa waktu lalu
aku masih sempat bersandar dan lelap di bahumu
kini kabar itu menumbangkan hasratku. Untuk bertemu Tak mampu kusaksikan lebih lama. Tubuhmu kini terbelah
puluhan gergaji tak berperi merobek seluruh bagian
begitu ganasnya. Bising dering mesin pembelah
bagai menenggelamkan jeritmu. Getahgetah yang tumpah
bercampur sisa hujan, kulihat seperti airmatamu. Kelabu
terbawa hanyut ke sungai. Kini aku tak mungkin lagi
menyandarkan letih di bahumu, seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar