Jumat, 03 Februari 2012

G unung Semeru dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (m.dpl), merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru. Gunung Semeru termasuk salah satu dari gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur, terletak diantara wilayah Administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang dengan posisi geografis antara 7°51’-8°11’ Lintang Selatan, 112°47’-113°10’ Bujur Timur. Puncak Gunung Semeru (Mahameru) dapat terlihat dengan jelas dari Kota Malang dan beberapa tempat lainnya dengan bentuk kerucut yang sempurna, tapi pada kondisi yang sebenarnya di puncak berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jonggring Saloko pada tahun 1913 dan tahun 1946 mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candipura dan Lumajang. Topografi dan Iklim Merupakan hal yang biasa bila terjadi kabut sepanjang jalur pendakian pada pagi hari dan sore hari sampai malam hari. Didaerah Ranu Kumbolo dan Kalimati sebagai tempat untuk menginap/bermalam selalu ditutupi kabut yang tebal. Keberadaan kabut yang terjadi didua tempat tersebut selain dinginnya suhu udara (proses kondensasi udara), juga angin yang bertiup didaerahtersebut sambil membawa kabut. Khusus di daerah Ranu Kumbolo dengan adanya danau yang cukup luasmenjadi pendukung pembentukan kabut karena proses penguapan air danau. Secara umum keadaan iklim di wilayah gunung Semeru dan sekitarnya termasuk type iklim B (Schmidt & Ferguson) dengan curah hujan antara 927-5.498 mm pertahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun. Musim hujan jatuh sekitar bulan Nopember-April. Suhu rata-rata berkisar antara 3°C-8°C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°C-21°C. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang jalur perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin. Suhu udara di puncak Gunung Semeru berkisar 0-4 derajat celcius. Flora dan Fauna Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gunung Tengger antara lain: Gunung Bromo (2.392 m.dpl), Gunung Batok (2.470 m.dpl), Gunung Kursi (2.581 m.mdl), Gunung Watangan (2.662 m.dpl), Gunung Widodaren (2.650 m.dpl), dan terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo,Ranu Darungan. Flora yang berada di Wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju, sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelweis putih, (Edelweis yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju Puncak Semeru). Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan. Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antaralain: Macan Kumbang, Budeng, Luwak, Kijang, Kancil, sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat Belibis yang masih hidup liar. Rute Pendakian Pada bulan-bulan libur sekolah, pendakian menuju Gunung Semeru akan ramai. Ranu Kumbolo yang menjadi favorit para pendaki dan sekaligus sebagai camp sementara untuk istirahat sebelum menuju puncak akan berubah menjadi perkampungan baru para pendaki dari berbagai penjuru. Untuk Menuju daerah awal pedakian kita bisa mengunakan dua jalur yaitu dari arah Senduro-Lumajang dan Tumpang-Malang. Jalur Senduro-Lumajang Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro. Bila kita melewati jalur ini kita bisa menikmati hutan hutan yang masih relatif alami dan tempat persembahyangan agama hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor. Dan setelah tiba di Ranupani perjalanan sama dengan jalur Tumpang-Malang. Jalur Tumpang-Malang Dari Kota Malang perjalanan di lanjutkan menuju ke Tumpang via Terminal Arjosari dengan Angkot selama +30 menit. Di Tumpang kita bisa langsung naik jeep dengan tarif berkisar Rp.20.000 sampai 25.000, atau Truk yang menuju ke Ranupani. Disini kita bisa juga bermalam di tempat pemilik jeep bila kita kemalaman dan besoknya melanjutkan perjalanan. Logistik bisa di dapat di sini serta saranatelepon juga sudah banyak. Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani dengan melewati Gubuklakah, yang merupakan Desa penghasil apel, lalu Ngadas, Tempat Suku tengger bermukim, serta Jemplang-Bantengan ( Disini pemandangan ke Gunung Bromo nampak bagaikan hamparan permadani bila awal musim hujan mulai atau akan berakhir). Perjalanan Tumpang ke Ranu pani membutuhkan waktu sekitar4-5 jam. Ranu Pani (2.000 m.dpl) adalah sebuah dusun terakhir perjalanan bermotor, ditempat ini terdapat Pos Pemeriksaan Pendaki Gunung dan fasilitas yang ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma tamu dan Bangunan Pengelola. Ditengah perkampungan Ranu Pani terdapat Danau (Ranu) Pani yang merupakan kawasan wisata. Dari Ranu Pani bila kita berjalan menyusuri jalan setapaklurus akan sampai di Ranu Regulo. (15 menit). Di Pos Ranu Pani kita juga dapat melakukan proses perijinan, tetapi lebih baik perijinan dilakukan di kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 65100. Dari Ranu Pani perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beraspal sepanjang 0.5 km menuju jalan setapak pendakian menuju ke Ranu Kumbolo (2.390 m.dpl). Melewati tanah pertanian daerah Watu Rejeng perjalanan menanjak di mulai. Disekitar perjalanan jalan ada yang tertutup oleh pohon tumbang/roboh ke jalan sehingga sesekali kita merayap. Nuansa perjalanan banyak dijumpai penduduk yang mencari kayu bakar serta burung di sepanjang jalur perjalanan. Jarak dari Ranu Pani ke Watu Rejeng sekitar 5 Km dengan waktu tempuh 90 menit. Lalu untuk sampai di Ranu Kumbolo membutuhkan waktu 90 menit dengan jarak 5 km. dan di Ranu Kumbolo kita bisa bermalam. Total Perjalanan dari Ranu Pani Ke Ranu Kumbolo 3-4 jam perjalanan dengan jarak sekitar 10Km. Ranu Kumbolo (2.390 m.dpl) merupakan lembahdan terdapat danau/ranu yang luasnya 12 Ha. Daerah ini tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi yang asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah-celah bukit menunjukan warna-warni yang membuat di sekitar danau berwarna kemerah-merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Fasilitas yang terdapat disini berupa Pondok Pendakidan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Di daerah ini terdapat Prasasti peninggalan jaman purbakala yang diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Dari Ranu Kumbolo kita bisa menuju ke Pangonan Cilik yang merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-ayek yang terletak tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Setelah dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro-oro ombo (30 menit). Daerah ini merupakan padang rumput luasnya +100 Ha berada pada sebuah lembahyang dikelilingi bukit-bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput, lokasinya berada dibagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan. Perjalanan diteruskan ke Cemoro Kandang memerlukan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan pendakian dan diteruskan melewati Padang Rumput-Jambangan dan menuju ke Kalimati. Di sini kita dapat bermalam dengan fasilitas Pondok pendaki dan kebutuhan air untuk memasak dapat diambil dari Sumber Mani ( 15 Menit). Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati memerlukan waktu sekitas 4-5 jam perjalanan pendakian. Setelah dari Kalimati kita menuju ke Arcopodo (2-3 jam). Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak Gunung Semeru dan dapat digunakan untuk mendirika tenda. Pagi hari setelah bermalam dari Kalimati atau Arcopodo perjalanana pendakian kita lanjutkan menuju ke puncak Jonggring Saloko dengan melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60-70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati medan ini karena banyak batu-batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita. Perjalanan Arcopodo ke Puncak membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan pendakian. Kawah Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10-15 menit sekali menyemburkan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asap berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa seakan-akan menyelimuti seluruh puncak. Sebelum melakukan pendakian ke gunung semeru usahakan terlebih dahulu mencari infomasi ke Kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 651000, karena Pendakian ke Gunung Semeru tidak terus di buka atau sewaktu-waktu di tutup karena aktivitas kawah yang terus bergejolak atau ada kejadian alam disekitar jalur pendakian. Bila anda di puncak Mahameru usahakan jangan terlalu lama karena pada siang hari arah angin cenderung ke utara sehingga asap akan bergerak ke utara. Karena semburan asap bisa mengakibatkan keracunan dan gangguan pernapasan yang bisa mengakibatkan kematian.

Minggu, 22 Januari 2012

Paradigma ?!!! Hari demi hari terus berjalan Pergantian waktupun tidak dapat dielakan Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiaplangkah Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah Sebagai barometer dalam menjalani hidup Menuju sebuah wujud misteri ‘ Cita-cita’ Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya Kamu bisa untuk menjalaninya Gapailah semuanya ‘ Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri (Kembali kepada fitrah dan kesucian )’

METFISIK (Merambah kegaiban dunia lain) Alam ini seolah tidak nyata Seakan-akan dunia bayangan Tetapi dunia ini punya dimensi Dimensi lain yang imateri Hanya rasa iman yang bisa menggapainya Entahlah, memang alam ini serba aneh Pengamanannya sungguh ekslusive Penjagaan yang ekstra ketat Dengan benteng yang begitu kokoh Seakan beruratkan besi bertulangkan baja Begitu susah menembus dunia ini Hanya dengan akses yang tepat Dan prasarat pasport yang lengkap Barulah bisa memasukinya dengan aman Ketika ada yang mencoba memaksa Hanya mengakibatkan luka-luka Seandainya memang bisa Hanya mengakibatkan sengsara Merantau di dunia metafisik Tanpa arah dan tujuan yang pasti Kehancuran buat si pemaksa Siksa menjelma menggerogoti hidupnya Hanya Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya Andai kesabaran menghinggapi kehidupannya.

Selasa, 17 Januari 2012

GUNUNG TANGGAMUS Gunung Tanggamus di Kabupaten Tanggamus memang unik dan memiliki tantangan tersendiri.Menuju lokasi itu saja sudah punya cerita khusus, apalagi jalur pendakian ke tempat peristirahatan pertama hingga puncak. Dari kejauhan, gunung setinggi 2.100 meter itu seolah menyimpan misteri. Kabut tebal bak pernah berhenti menutupi puncaknya. Tempat itu paling mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung melewati kota Pringsewu, Kabupaten Tanggamus. Setelah menempuh jarak 90 kilometer melalui jalan berkelok dan naik turun, perjalanan selama dua jam berakhir di Desa Gisting. Dari pertigaan Pasar Gisting, pengunjung masih harus menempuh jarak sekitar lima kilometer untuk bisa sampai ke titik awal pendakian, tepatnya di Desa Tanggamus. Di rumah Pak Kidi,, salah satu penduduk, yang sudah biasa disinggahi para pendaki, kami mampir. Di rumah itu seluruh perbekalan, peralatan pendakian dan kemah, serta perlengkapan lainnya dicek ulang. Jalur pendakian : bandar lampung (dari terminal rajabasa-naik bus jurusan kotaagung), turun di desa gisting atas (pasar) lalu dilanjutkan dengan ojek atau angkutan umum lainnya ke desa lanbau (kaki gunung tanggamus)...selamat mendaki (info; di jalur pendakian banyak sekali jalur lain yang digunakan para penjerat burung yang menyusahkan dalam menentukan jalur menuju puncak) ini ada catper dari kawan yang sudah mendaki gunung tanggamus; Satu jam kemudian, persiapan selesai. Tepat pukul 14.30 pendakian dimulai. Mulai dari Desa Tanggamus ke tempat peristirahatan pertama atau Base Camp Sonokeling terbentang jarak sejauh lebih kurang lima kilometer. Jalur pendakian pendek itu terjal, bahkan diselingi dua tanjakan yang berat. Kejutan perjalanan awal dibayar dengan hamparan perkebunan sayur yang luar biasa indah. Sejauh mata memandang, perkebunan kol, tomat, cabai, dan terung mendominasi. Warna hijau, merah, ungu, dan coklat tanah menyegarkan mata. Yang menyenangkan, pendaki juga bisa melihat bulir-bulir biji kopi robusta yang tumbuh menghijau ditingkahi suara berbagai jenis burung. Sayang, tanaman kebun yang indah itu tumbuh di dalam kawasan hutan lindung. Empat jam Pagi yang cerah menghidupkan suasana di tempat peristirahatan pertama dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut itu. Sambil memandang ke puncak yang diselimuti kabut, bagi pendaki profesional, puncak bisa ditempuh dalam tempo tak kurang dari empat jam. Ada beberapa jalur menuju puncak, dan pilihan jatuh ke jalur yang biasa dilalui pendaki umum, jalur yang langsung terjal naik dengan kemiringan yang hampir sama dengan perjalanan pertama. Bahkan di beberapa tempat ada yang memiliki kemiringan ekstrem. Menuju puncak, vegetasi seperti semak, hutan sonokeling, dan kebun penduduk mulai ditinggalkan dan beralih ke vegetasi khas hutan hujan tropis. Di sepanjang jalur pendakian, pohon-pohon khas hutan hujan tropis, seperti meranti, kruing, balau, rotan, dan pakis hutan tumbuh rapat. Kanopi yang terbentuk menyejukkan udara di sekitar. Di kejauhan, monyet dan siamang saling bersahutan. Saking populernya jalur itu, di sepanjang jalur banyak ditemui tanda seperti potongan tali rafia yang diikatkan pada batang pohon atau tanaman. Asep menerangkan, mungkin karena pengaruh angin yang kencang, gesekan antarbatang yang tumbuh rapat begitu kuat, banyakpohon bertumbangan. Pelan tetapi pasti, pendakian terasa berat juga. Melewati suatu kawasan hutan yang alas hutannya dipenuhi pacet. Mendekati ketinggian 1.700 meter di atas permukaan air laut (dpl), batang-batang pohon mulaiterselimuti lumut. Menjelang hutan lumut ada tempat peristirahatan. Di sana bisa melepas lelah sejenak dan mencari air minum. Air dingin dari mata air menyegarkan kerongkongan yang kehausan. Mendekati puncak, kelembaban semakin tinggi. Hawa dingin makin menusuk. Menjelang tengah hari kabut perlahan-lahan turun. Di tengah perjalanan menuju puncak itu, "Kondisi sepuluh tahun yang lalu betul-betul berbeda dengan sekarang. Mungkin karena sekarang banyak betul batang-batang pohon yang bertumbangan dan menutupi jalur pendakian yang lama." Di ketinggian lebih kurang 1.900 meter dpl, kabut semakin tebal dan membuat jarak pandang semakin pendek. Tanpa menyadari bahwa telah berada di tengah-tengah batang pohon besar berlumut yang tumbang. Meski berjalan setapak demi setapak, akhirnya sampai juga di puncak. Hawa semakin dingin karena hujan dan suhu terus turun. Bermalam di puncak Tanggamus yang saat itu sedang hujan angin dan berkabut. Hujan angin Keesokan paginya kabut tebal disertai hujan angin menyambut. Padahal, kami berharap bisa melihat keluasan Tanggamus dari puncak. Kekecewaan pun melanda. Puncak tak terlihat samasekali. Jarak pandang juga pendek. Sambil menunggu hujan reda, segala perlengkapan kami benahi. Kali ini perjalanan turun terasa tidak seberat perjalanan naik. Bahkan, jika saat mendaki kami tidak sempat melihat keindahan hutan lumut, pagi itu dengan jelas kami bebas mengamati hutan lumut. Namun, hujan yang turun semalam membuat jalan yang kami lalui menjadi licin. Setibanya di tempat peristirahatan pertama, kami singgah ke gubuk Mbah Achmadi. Mbah Achmadi ini sudah puluhan tahun tinggal di kawasan itu dan mengusahakan berbagai tanamankebun dan kopi. Rasa capai yang sangat hilang ketika Mbah Achmadi menyuguhkan singkong goreng yang baru diangkat dari penggorengan. Diiringi semilir angin lereng gunung, kami turun ke Desa Tanggamus. Di rumah Pak Kidi, sekali lagi keramahan khas penduduk desa menyambut kami. Berat rasanya meninggalkan keindahan Gunung Tanggamus yang puncaknya selalu berkabut itu. @meru putra pratama.

GUNUNG RAJABASA_LAMPUNG Gunung Rajabasa 1281mdpl [4,203feet]; terletak di Lampung, Sumatra, Indonesia; Latitude: 5.78°S 5°47'0"S Longitude: 105.625°E 105°37'30"E Tipe gunung strato; masih ada aktifitas Fumarol. Aktifitas erupsinya tidak diketahui, tapi terakhir dilaporkan ada pada bulan april 1863 dan mei 1892. Vegetasi dan hutannya sangat variatif dan cukup 'perawan' karena letaknya hampir berada di tepi pantai. Rute ke Lokasi: Banyak sekali angkutan menuju kesana. Dari Jakarta dapat ditempuh dengan bus yang berangkat dari terminal Kampung Rambutan atau terminal lainnya yang menuju pelabuhan Merak di Banten kurang lebih sekitar 2 jam perjalanan, kemudian dilanjutkan dengan kapal ferry [ yang selama 2 jam menyeberang menuju pelabuhan Bakauheni di Lampung. Selepas Pelabuhan Bakaheuni tinggal naik angkot dari terminal yang ada di depan pelabuhan, angkot berwarna kuning tujuan Kalianda dan turun di daerah Sukamandi, persis berhentidi depan pintu gerbang desa menuju desa Sumur Kumbang. Alternatif lain adalah naik angkutan umum dan turun di depan kantor Pemda Lampung Selatan baru dilanjutkan dengan ojek menuju ds. Sumur Kumbang. Lama perjalanan sekitar 30 menit. Setelah itu langsung disambung dengan ojek tujuan Kampung Sumur Kumbang dengan total waktu tempuh sekitar 15 menit. Perlu diketahui di Kampung Sumur Kumbang ini banyak sekali komunitas penduduk bersuku Sunda. Bila perlu, di kampung ini pula dapat meminta bantuan kepala dusun untuk mencari penunjuk jalan. Info jalur : Total waktu pendakian sekitar 6-8 jam perjalanan. Ada sekitar 6 pos hingga ke Puncak. Di puncak ada jalur turun menuju kawah yang sudah menjadi danau. Cukup banyak tempat buat ngecamp selama jalur pendakian. Bekal air sebaiknya dipersiapkan sebelum naik. Masih banyak sumber air sebelum pos 1, setelah itu, tidak ditemukan sumber air. Tetapi yang harus diperhatikan adalah pacet, karena Rajabasa sendiri terkenal sebagai ‘gudang pacet’. Jalurnya sendiri cukup aman dan jelas mengikuti satu punggungan gunung. (Menurut penduduk setempat, bila ingin turun ke danau, waktu tempuh dari puncak sekitar 0.5 – 1 jam perjalanan) Info lainnya : Danau tersebut menjadi tujuan utama bagi penduduk lokal maupun orang yang khusus datang untuk berziarah. disana ada yang disebut ‘batu cukup’ ; konon sebanyak apapun orang berdiri diatasnya, akan selalu cukup. Kalau beruntung, orang yang datang dapatmenemukan batu kabah. Mengenai ukuran sendiri kurang jelas, ada yang bilang seukuran 1x2 meter. Apakah batu tersebut dapat mengarah ke arah kiblat atau berasal dari Kabah? *masih jadi misteri* Ada satu pantangan/ pamali yang dipercaya oleh penduduk Sumur Kumbang disana, apabila hendak membuat api unggun agar tidak mematahkan ranting dengan tangan, tetapi harus ditebas dengan pisau. Kebanyakan kendaraan umum tidak beroperasi lagi setelah gelap. Pastikan kembali ke kota sebelum gelap. jalur = Setelah pos 1, jalur terus naik dan cukup jelas, namun di beberapa tempat sebelum pos 2, banyak sekali jalur yang on off tertutup rumput setinggi kepala. Orientasi terus keatas dan tidak berpindah punggungan. Sejam kemudian, masih kita temui ladang cengkeh. Beberapa rumpun bambu. Setelah itu, mulai memasuki pintu rimba. Pos 2 sendiri berupa dataran yang cukup buat ngecamp 2 tenda. Masih ada papan tripleks bercat merah yang berisi tulisan yang sama. Jalur jelas. Tapi sepanjang jalur hingga puncak, penuh dengan pacet. Dan benar-benar tertutup rapat oleh vegetasi. Tepat sebelum pos 3 jalur berbelok kekiri, ada satu dataran cukup untuk beristirahat dan cukup 2 tenda untuk ngecamp. Masih banyak pacet, dan nyamuknya cukup ganas. Dari situ jalur naik keatas. Kira2 satu jam kemudian akan kita temui pos 4 yang tepat berada di tengah pepohonan tinggi dan rapat. Banyak tempat buat ngecamp, walau tanah sedikit miring. Setelah melewati pos 4 dan terus berjalan menujupos 5, orientasi terus bergerak ke arah kiri. Kemudian menuruni lembah, untuk kemudian naik kembali hingga pos 5. jurang di sisi kanan dan kiri. Hati-hati, karena jalurnya tipis sekali. Tanah mudah runtuh. Beberapa kali kami harus meloncati portal kayu yang licin. Sepanjang jalur keatas, banyak tanda panah menuju puncak dari aluminium yang dipasang pada batang pohon. Kawah Gunung Rajabasa , Begitu tiba di pos 5. Ada semacam gerbang dari batang kayu yang dipasang beberapa papan nama. Cukup untuk beristirahat sejenak. Jarak ke puncak tidak begitujauh. Dan mulai terbuka sehingga puncak bisa terlihat dari sini. Mungkin sekitar 10-20 meter naik ke atas. Melewati portal, sedikit ke arah kanan, ikuti jalur naik keatas. Hingga, tibalah di puncak. @meru putra pratama.

Jumat, 13 Januari 2012

Krakatau adalah gunung berapi yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra . Gunung berapi ini pernah meletus pada tanggal 26 Agustus 1883 . Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai tanggal 26 Desember 2004 , tsunami ini adalah yang terdahsyat. Suara letusan Gunung Krakatau sampai terdengar di Alice Springs , Australia dan pulau Rodrigues dekat Afrika , 4.653 kilometer . Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II . Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer . Matahari bersinar redup sampaisetahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York . Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia , Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska . Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat. Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi . Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau Purba Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik . Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan: "Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin danhujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ". Pakar geologi B.G. Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer. Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata , Pulau Panjang dan Pulau Sertung , dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi. Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba , transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium , berakhirnya peradaban Arabia Selatan , punahnya kota besar Maya , Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun. Munculnya Gunung Krakatau Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Rakata yang terbuat dari batuan basaltik . Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau. Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam . Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-28 Agustus 1883. Letusan Gunung Krakatau Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geoghrapic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluh-lantakkan dalam sejarah manusia moderen. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 peduduk bumi saat itu. Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. Sedangkan buku The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah. Selain itu, ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda kerasyang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka , India , Pakistan , Australia dan Selandia Baru . Akibat letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut. Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak ( Serang ) hingga Cilamaya di Karawang , pantai barat Banten hingga Tanjung layar di Pulai Panaitan ( Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii , pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer. Anak Krakatau Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Kakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginyaselitar 20 inchi per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tiggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitu, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak rakata mencapai 7.500 inchi atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapaisekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut. Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yanganeh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan in bakal terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan. Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang , Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.